BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketelitian, kecermatan, dan kecepatan dalam berpikir sangat diperlukan saat mempelajari matematika. Den...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketelitian, kecermatan, dan kecepatan dalam berpikir sangat diperlukan saat mempelajari matematika. Dengan kebiasaan berpikir yang cermat dan teliti ternyata akan dapat membantu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain, sehingga pelajaran selain matematika pun bisa dipelajari tanpa mengalami kesulitan. Tetapi dalam kenyataannya menurut informasi dari pengampu guru matematika dan observasi awal, hasil evaluasi pelajaran matematika tiap akhir semester maupun ujian akhir sering kali masih di bawah mata pelajaran yang lain. Nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil dan ujian akhir semester masih ada yang memperoleh nilai ketuntasan belajar yaitu 65, demikian juga ujian akhir sekolah. Keadaan ini yang harus mendapatkan banyak perhatian.
Melalui proses pembelajaran sebaiknya selalu mengikutsertakan peserta didik secara aktif guna mengembangkan kemampuan mengamati, merencanakan, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil semuanya sehingga guru mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik dan selanjutnya mencari alternatif pemecahannya.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan langkah-langkah sistematik. Langkah sistematik inilah yang merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.
Untuk itu perlu diupayakan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran pengajuan soal (problem posing).
Model pembelajaran Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Model ini dapat dikembangkan oleh guru dengan memberikan pengarahan kepada peserta didik bahwa peserta didik dapat mengajukan soal-soal sendiri dan mengerjakannya.
Soal yang telah disusun dapat diajukan sebagai bahan berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan hasil yang telah dikerjakan dapat dijadikan sebagai kunci jawaban dari soal-soal yang telah diajukan tersebut. Apabila menemukan permasalahan di dalam menyelesaikan soal tersebut dapat ditanyakan kepada guru pengajar dan dibahas kembali di dalam kelas, secara bersama agar memperoleh penyelesaian masalah tersebut.
Selain hal tersebut di atas, dicermati proses pembelajaran matematika di tingkat SMP pada umumnya masih banyak yang menggunakan cara konvensional seperti ceramah, diskusi informasi, ekspositori dan drill. Dengan pembelajaran tersebut dirasa penulis masih ada kelemahan, terutama pada pembahasan pokok-pokok bahasan yang memerlukan penggunaan media atau alat peraga, pembelajaran model tersebut di atas dapat menimbulkan kejenuhan peserta didik.
Untuk mengatasi kejenuhan peserta didik, penulis ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran problem yaitu peserta didik membuat soal yang sejenis seperti yang dibuat oleh guru.
SMP Dharmayadi Makassar sebagai tempat penelitian saat ini memiliki 250 pelajar dengan jumlah guru sebanyak 30 orang, 5 dari 30 guru yang ada adalah guru bidang studi matematika. Dari observasi awal yang dilakukan penulis dapat diketahui kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar dalam proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional dan keaktifan peserta didik masih kurang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing dapat dijadikan satu model yang inovatif dan model pembelajaran yang cukup bermanfaat dan mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengenai masalah “Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya muncul permasalahan utama yang mendasar yaitu: “Apakah pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII SMP Dharmayadi?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan dan secara rinci adalah “untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan Problem Posing pada siswa kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar?”
b. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah :
1. Bagi Siswa : Melalui pendekatan problem posing diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan lebih termotivasi untuk mempelajari matematika.
2. Bagi Guru : Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru agar dapat meningkatkan kualitas mengajar dan disipllin ilmu yang ditekuninya khususnya dengan menggunakan pendekatan problem posing.
3. Bagi Sekolah : Sebagai masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pengajaran matematika baik disekolah tempat penelitian secara khusus maupun pada sekolah lainnya secara umum.
4. Bagi Peneliti : Hasil penelitian ini dapat menjadi bekal dalam mengajar matematika kelak.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketelitian, kecermatan, dan kecepatan dalam berpikir sangat diperlukan saat mempelajari matematika. Dengan kebiasaan berpikir yang cermat dan teliti ternyata akan dapat membantu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain, sehingga pelajaran selain matematika pun bisa dipelajari tanpa mengalami kesulitan. Tetapi dalam kenyataannya menurut informasi dari pengampu guru matematika dan observasi awal, hasil evaluasi pelajaran matematika tiap akhir semester maupun ujian akhir sering kali masih di bawah mata pelajaran yang lain. Nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil dan ujian akhir semester masih ada yang memperoleh nilai ketuntasan belajar yaitu 65, demikian juga ujian akhir sekolah. Keadaan ini yang harus mendapatkan banyak perhatian.
Melalui proses pembelajaran sebaiknya selalu mengikutsertakan peserta didik secara aktif guna mengembangkan kemampuan mengamati, merencanakan, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil semuanya sehingga guru mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik dan selanjutnya mencari alternatif pemecahannya.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan langkah-langkah sistematik. Langkah sistematik inilah yang merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.
Untuk itu perlu diupayakan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran pengajuan soal (problem posing).
Model pembelajaran Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Model ini dapat dikembangkan oleh guru dengan memberikan pengarahan kepada peserta didik bahwa peserta didik dapat mengajukan soal-soal sendiri dan mengerjakannya.
Soal yang telah disusun dapat diajukan sebagai bahan berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan hasil yang telah dikerjakan dapat dijadikan sebagai kunci jawaban dari soal-soal yang telah diajukan tersebut. Apabila menemukan permasalahan di dalam menyelesaikan soal tersebut dapat ditanyakan kepada guru pengajar dan dibahas kembali di dalam kelas, secara bersama agar memperoleh penyelesaian masalah tersebut.
Selain hal tersebut di atas, dicermati proses pembelajaran matematika di tingkat SMP pada umumnya masih banyak yang menggunakan cara konvensional seperti ceramah, diskusi informasi, ekspositori dan drill. Dengan pembelajaran tersebut dirasa penulis masih ada kelemahan, terutama pada pembahasan pokok-pokok bahasan yang memerlukan penggunaan media atau alat peraga, pembelajaran model tersebut di atas dapat menimbulkan kejenuhan peserta didik.
Untuk mengatasi kejenuhan peserta didik, penulis ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran problem yaitu peserta didik membuat soal yang sejenis seperti yang dibuat oleh guru.
SMP Dharmayadi Makassar sebagai tempat penelitian saat ini memiliki 250 pelajar dengan jumlah guru sebanyak 30 orang, 5 dari 30 guru yang ada adalah guru bidang studi matematika. Dari observasi awal yang dilakukan penulis dapat diketahui kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar dalam proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional dan keaktifan peserta didik masih kurang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing dapat dijadikan satu model yang inovatif dan model pembelajaran yang cukup bermanfaat dan mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengenai masalah “Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya muncul permasalahan utama yang mendasar yaitu: “Apakah pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII SMP Dharmayadi?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan dan secara rinci adalah “untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan Problem Posing pada siswa kelas VIII SMP Dharmayadi Makassar?”
b. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah :
1. Bagi Siswa : Melalui pendekatan problem posing diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan lebih termotivasi untuk mempelajari matematika.
2. Bagi Guru : Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru agar dapat meningkatkan kualitas mengajar dan disipllin ilmu yang ditekuninya khususnya dengan menggunakan pendekatan problem posing.
3. Bagi Sekolah : Sebagai masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pengajaran matematika baik disekolah tempat penelitian secara khusus maupun pada sekolah lainnya secara umum.
4. Bagi Peneliti : Hasil penelitian ini dapat menjadi bekal dalam mengajar matematika kelak.